Wednesday, September 4, 2013

Galau Detected



Galau detected
Lagi, ada dosen yang memberi peringatan kepada mahasiswi tentang kesakralan semester 7. Alamak, apaan si? Jadi gini, kemarin pak Zainuri menjelaskan tentang fenomena banyaknya mahasiswi jomblo yang disebabkan oleh kesenjangan antara supply and demand. Beliau menjelaskan fenomena tersebut dengan gaya comic profesional sehingga mengundang gelak tawa diseluruh sudut ruangan.
* Emang lucu banget, tapi agak menohok di hati sanubariku. (T_T)
Pak Zain menjelaskan kondisi tersebut dengan memberikan sebuah contoh sebagai berikut:

Disuatu Universitas Antahberantah terdapat sesosok mahasiswi semester 1 yang mempunyai tampang standar, otak pas-pasan, dompet pas-pasan, semuanya standarlah, dan dia adalah seorang jomblo. Di awal perkuliahan ketika ditanya tentang lelaki idamannya, kemudian ia menyodorkan beberapa kriteria, yaitu:
1.      Lelaki yang masih hidup * Jelaslah     (-_____-)
2.      Seiman
3.      Soleh / agamanya baik
4.      Dari keluarga baik-baik
5.      Bertanggungjawab
6.      Perhatian
7.      Humoris
8.      Pintar
9.      Tampan
10.  Kaya
Satu semester berlalu, ia tak kunjung mendapat pasangan. Ketika mahasiswi ini naik tingkat ke semester 2 tetapi tidak kunjung mendapatkan lelaki mendekati sempurna seperti kriteria diatas maka ia akan menghilangkan 2 kriteria terakhir.

“Sudahlah, nggak kaya nggak tampan gakpapa, asal pinter.”

Kemudian mahasiswa ini naik tingkat ke semester 3. Tetapi tak kunjung mendapatkan lelaki idaman dengan 8 kriteria diatas. Selanjutnya ia mengurangi 2 kriteria terakhir sehingga cukup meneriama 6 kriteria sisanya.

“Nggak pinter nggak humoris nggak papa, asal bertanggungjawab.”

Sampai akhirnya dia naik semester 7 dengan masih termasuk dalam spesies jomblo. Dengan kepasrahan yang mendalam, ia melepaskan 8 kriteria tadi dengan menyisakan 2 kriteria.

“Cukup asalkan ia laki-laki masih hidup dan seiman, saya mau!”

Baliau mengakhiri cerita tersebut dengan wajah tersenyum sementara para mahasiswa tertawa terbahak-bahak. Mungkin beberapa mahasiswi yang masih jomblo sedang menahan tangis di dalam batinnya walaupun masih sempat tertawa. *Lebay banget sih mbak sist! Yaiyalah, gue masih tergolong dalam spesies itu!

ngaca dulu deh!
Iya, memang ilustrasi dari pak Zain tadi sangat ekstrim. Di dalam kehidupan nyata mungkin tidak akan sepelik itu. Sedikit mengomentari cerita fiktif tersebut, kejombloan yang terjadi di antara kita bisa disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah kesenjangan antara supply and demand. Artinya, kejombloan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya tetapi karena kriterianya yang muluk-muluk tidak sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Tidak segitu pintar maunya yang pintar sekali. Tidak begitu cantik, tapi mintanya yang seperti Robert Pattinson. Kelakuan masih amburadul inginnya mas-mas rohis yang suka ngisi kajian di musholah. Kalau kata Dedy Dores Corbuzier ngaca dulu deh, ngaca ngaca ngaca dulu deh. Itulah penyebabnya, banyak mahasiswi mengalami kejombloan.

Menurut beliau, kondisi jomblo akan berbeda antara wanita dan pria. Pertambahan umur pada pria tidak akan berpengaruh banyak pada kasus kejombloan  lelaki. Pada pria, semakin dewasa maka pilihan pendamping untuknya masih tersedia banyak. Karena umur tidak begitu mengubah fisik pria terlalu signifikan. Produktifitas dan ketampanannya relatif lambat penurunannya. Berbeda dengan kaum wanita, ia sangat tidak bersahabat dengan perubahan usia. Wanita cenderung mendapatkan puncak kecantikannya rata-rata pada usia belasan sampai 30-an. Apalagi organ reproduksi wanita bisa produktif hanya sampai usia 40-an. Ditambah kodrat wanita yang umumnya hanya bisa menunggu dipinang dan menyeleksi si peminang tersebut. *Cieeee bahasanya
Ditambah lagi pendapat dari dosen PIP waktu semester 3. Usia mahasiswi semester 3 adalah kesempatan yang cukup baik untuk mendapatkan calon suami. Bukan karena masih unyu-unyunya, tapi masih banyaknya waktu dan pilihan itulah yang menjadi pertimbangan. Hal itu susah didapatkan saat sudah semester 7 yang sibuk berkutat dengan skripsi. Setelah lulus mungkin akan disibukkan dengan mencari pekerjaan.

Itu hanya beberapa pendapat, kita boleh saja pro maupun kontra. Memang ada benarnya, tapi tak sepenuhnya benar. Yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswi jomblo adalah berusaha memantaskan diri. Agar kita pantas dipilih oleh orang yang pantas. Tentu ini lebih ditekankan pada akhlak dan kepribadian. Masalah fisik dan sejenisnya adalah bonus saja. Diberi bonus alhamdulillah, kalaupun tidak maka tidak akan mengurangi kebahagian kan?

Itu pendapat saya sebagai wanita biasa-biasa saja. Sebagai seorang yang sadar akan berbagai kekurangan namun sedang belajar mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan padaku. Bukankah sudah dijanjikan oleh-Nya di  (QS An-Nur : 26) “Wanita-wanita yang tidak baik hanya untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik hanya untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik.”
Penontooon, keep smile :)
Tidak perlu khawatir wahai jomblowati yang budiaman. Semua akan indah pada waktu-Nya.

*postingan tersebut 100% adalah tulisan saya pribadi, dan ditulis untuk menghibur jiwa saya yang agak galau hahahahahahha. Semoga kalian yang membaca dan kebetulan masih satu spesies dengan saya saat ini bisa sedikit tenang hatinya. Wkwkwkwk stay woles, Allah bless you
Hei jomblowers, keep smile :) #gayacaesarmodeon.

4 September 2013

No comments:

Post a Comment